Sunday, March 23, 2008

Panti Asuhan St Yusuf Cipanas

PANTI ASUHAN SANTO YUSUF CIPANAS

Latar Belakang Sejarah
Menurut penjelasan Mgr. N. Geise, OFM., sejak bulan Mei 1941 Keuskupan Bogor memperoleh hak penguasaan atas tanah kompleks Santo Yusuf di Sindanglaya dari pemiliknya yang lama, seorang Belanda pengusaha Hotel Sindanglaya. Sejak semula, pemilik hotel Sindanglaya telah membuka tempat perawatan anak-anak Indo-Eropa yang rentan kesehatannya untuk memperoleh pendidikannya di alam pegunungan yang sejuk terutama yang lebih sesuai iklimnya bagi mereka. Untuk melanjutkan karya tersebut dimulai dengan membangun asrama dan mem perbaiki bangunan gedung sekolah yang telah mulai rapuh.Film perang mungkin asyik ditonton, namun desingan peluru dan ledakan bom dalam kenyataan perang yang sesungguhnya di manapun dan kapanpun di muka bumi ini, tentu akan selalu menebar maut, menyebarkan kehancuran, mewariskan penderitaan, ke sengsaraan, dan kepapaan. Hal ini terjadi pada saat perang dunia kedua yang juga melanda Hindia Belanda dan berlanjut dengan perang Revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945. Peperangan itu telah melahirkan para yatim piatu, anak jalanan yang menggelandang menyandang kepapaan, menelusuri lorong derita, tertatih dalam kegelapan hidup, dan menggapai kelam masa depan.Penderitaan dan kesengsaraan yang diakibatkan oleh perang telah menggerakkan kepekaan dan kepedulian kasih Para Dina OFM untuk menuntun kembali kaum papa. Mereka akan dibimbing untuk menatap cahaya harapan di masa mendatang. Pater JR. Wahyo Sudibyo, OFM kemudian ditugaskan untuk membuka sekaligus memimpin asrama penampungan bagi kaum papa terlantar dan yatim piatu di Jalan Kramat Raya Nomor 49 Jakarta. Sementara itu Pater Albuinus Kohler, OFM mulai menjemput anak jalanan yang juga anak yatim piatu untuk ditampung dalam suatu rumah di samping Pas-turan Cipanas. Pada tanggal 30 Desember 1947 mereka dipindahkan ke asrama di Sindanglaya yang menandai awal berdirinya "Panti Asuhan Santo Yusuf Sindanglaya".Selain menyediakan tempat bernaung bagi anak jalanan yang dija-ring dari emper toko di sekitar Jakarta, Panti Asuhan Santo Yusuf selanjutnya juga menerima anak asuh dari asrama Susteran Bogor, Rumah Sakit Misi Lebak, Asrama Bruder Caritas Purworejo, dan anak dari daerah pedalaman Sukabumi Selatan yang terancam kehidupannya. Panti Asuhan Santo Yusuf Sindanglaya dikukuhkan melalui Akte Notaris H.J.J. Lammers di Bandung dengan nomor 166 tertanggal 25 Oktober 1949.

Makan Belalang dan Kulit Mangga
Keberadaan anak asuh dalam naungan Panti Asuhan Santo Yusuf, bukan berarti telah membebaskan mereka dari segala penderitaannya, terlebih pada masa awal berdirinya. Para Suster BOZ (kini SFS) yang ditugaskan membantu penyelenggaraan Panti Asuhan Santo Yusuf sejak tahun 1954 menuturkan betapa kesulitan ekonomi masih juga menerpa mereka yang papa. "Pada malam hari anak-anak bolos keluar asrama untuk mencuri singkong, ubi, wortel di kebun penduduk sekitar Panti Asuhan sekedar mengganjal perut yang lapar keroncongan," tutur Suster Gabriel Kroesen, SFS. Betapa iba hati Suster M. Ancella, SFS menyaksikan anak asuhnya membakar belalang hasil tangkapannya dengan arang. Terlebih lagi Suster M. Ancella, SFS merasa sangat menyesal atas kesalahan dirinya karena membuang kulit mangga yang kemudian dipungut dan digerogoti oleh anak asuhnya. Kesulitan pangan juga dituturkan oleh Pater Wiryosuwarno, OFM yang selalu menyaksikan bahwa gudang lebih sering berisi persediaan seperti, ubi, kentang, dan bulgur daripada terisi beras. Sementara itu, untuk mempertahankan kelangsungan hidup Panti Asuhan, Pater Ismail, OFM dengan ikhlas merelakan binatang kesayangannya untuk dijual dan kemudian juga membuka usaha kerajinan penggosokkan batu akik. Suster Gerarda, SFS pada saat mengawali tugasnya di Sindanglaya sejak Oktober 1954 menyatakan bahwa lemari pakaian selalu kosong tanpa persediaan bahan pakaian. Kemiskinan masih berlanjut sampai dengan kehadiran Suster Fransiska, SFS, yaitu sejak tanggal 26 Januari 1976. Beliau merasa kebingungan karena tugasnya sepanjang hari hanya diisi dengan menambal sprei yang sobeknya makin menganga lebar.

Santo Yusuf Menuju Kemantapan
Pater CN. Vd. Laan OFM pernah menyampaikan gagasannya bahwa untuk membangun Panti Asuhan Santo Yusuf sebagai suatu "Monumen Kasih yang Hidup", maka perlu pengabdian cinta dan menebar kasih secara nyata bagi segenap kaum papa dan anak bangsa yang terlantar tanpa pandang bulu. Gaya kotbahnya yang khas dan menarik serta tegur sapanya yang lembut telah menyentuh para dermawan untuk mengulurkan tangan kasih mereka untuk berperan serta mewujudkan gagasan "Monumen Kasih yang Hidup" tadi. Dana yang terhimpun dipergunakan untuk melengkapi sarana penunjang Panti Asuhan. Di samping sarana pendidikan SD Mardi Yuana serta Poliklinik Mardi Waluya yang telah ada, maka dibangun pula gedung SMP Mardi Yuana yang megah (selesai tahun 1980) untuk memindahkan SMP Mardi Yuana "Kandang Ayam" dari kompleks Pasturan Cipanas. Asrama putri yang telah dibangun pada tahun 1954 oleh Mgr. N. Geise, OFM diperluas dengan ruang belajar. Demikian pula asrama putra menengah juga dipugar dan diperluas.Perjuangan dan pengabdian para Fransiskan dalam pergulatannya mengatasi berbagai kesulitan selama kurun waktu lebih dari setengah abad, telah menjadikan Panti Asuhan Santo Yusuf seperti yang terlihat pada kondisi sekarang ini. Dalam keadaannya seperti sekarang, Panti Asuhan Santo Yusuf Sindanglaya mampu menampung sekitar 300 anak asuh yang terdiri atas:
80 % anak asuh murni (anak yatim piatu, anak papa/terlantar, anak keluarga pra-sejahtera dari daerah pedalaman wilayah kerja Keuskupan Bogor)
20 % anak "titipan" yang dibagi atas:
anak terlantar psikhis/psikologis
anak dari keluarga bermasalah / keluarga pecah / broken home yang biaya hidup dan pendidikannya ditanggung orangtua atau wali mereka.

Menyongsong Masa Depan yang Cerah
Para penanggung jawab Panti Asuhan Santo Yusuf tentunya tidak bermaksud untuk memperpanjang barisan pengangguran. Mereka menyadari bahwa pendidikan dasar 9 tahun belumlah memadai untuk membekali anak asuhnya agar menjadi sumber daya manusia yang handal. Menanggapi masalah tersebut, Panti Asuhan Santo Yusuf Sindanglaya berupaya memberdayakan anak asuhnya melalui beberapa program, seperti:
Peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran
Peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran dilakukan melalui pelengkapan buku-buku perpustakaan sebagai sarana memperluas pengetahuan dan wawasan mereka. Dengan cara demikian, diharapkan anak asuh memiliki intelejensi serta prestasi yang tinggi sebagai bekal dasar untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang SLTA ataupun Kejuruan.
Pendidikan Keterampilan dalam bidang:
Farming: Pertanian dan peternakan
Tataboga, tatabusana, dan tatarias, agar anak asuh memperoleh bekal dasar untuk menanggapi berbagai segi kehidupan dalam masyarakatnya.
Pembekalan dalam bidang:
Bangunan Sipil, seperti pertukangan kayu dan batu
Perbekalan montir
Komputer dan tata administrasi
Dana Panti Asuhan Santo Yusuf yang setiap harinya harus dibelanjakan tidaklah sedikit. Biaya hidup dan biaya pendidikan anak asuh dirasakan sangat memberatkan. Dana tersebut bersumber dari sumbangan:
Pemerintah c.q. Departemen Sosial
Yayasan Dharmais
Orangtua, wali anak titipan
Para dermawan, penyandang dana, donatur tetap maupun tidak tetap.
Selama lebih dari limapuluh tahun karya pengabdiannya, Panti Asuhan Santo Yusuf Sindanglaya telah menabur benih kasih di sela ilalang derita yang pedih menyayat. Benih kasih yang tertanam pada kesadaran lubuk hati yang terbuka, telah tumbuh bersemi untuk membuahkan kepribadian yang teguh dan mandiri. Hal itu bukan hanya dirasakan oleh anak asuh, tetapi juga oleh para Pamongnya. Seorang sahabat alumnus menuturkan bahwa segala tempaan mental dan ketatnya pengaturan waktu selama dalam pembinaan Panti Asuhan Santo Yusuf telah menjadi tonggak yang sangat berarti dalam mengukir sejarah hidup keluarga masing-masing.
Memasuki millenium ketiga, nampaknya Panti Asuhan Santo Yusuf akan menghadapi tantangan yang lebih berat. Apalagi kalau ditambah dengan persoalan di masyarakat, seperti masalah sosial-politik, sosial-ekonomi, dan gerak perubahan sosial-budaya. Beban krisis ekonomi yang kini sedang melanda Bangsa Indonesia, telah semakin menindih masyarakat lapis, bawah serta memporak-porandakan kehidupan mereka. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) telah memperpanjang deretan pengangguran. Himpitan ekonomi telah mendesak anak-anak terlempar keluar dari bangku sekolah. Hal ini semakin menambah gemuruhnya anak jalanan yang menjerit nyaring untuk menjajakan kegetiran hidup mereka. Itu semua akan menjadi tantangan bagi kita semua, manusia-manusia yang masih mempunyai suara hati.
(Disunting dari: "Buku Kenangan Pesta Emas Panti Asuhan Santo Yusuf 1947-1997", yang pernah dimuat dalam buku 50 Tahun Keuskupan Bogor, 1998)

Alamat:
Panti Asuhan "Santo Yusuf"Komplek Panti Asuhan Santo Yusuf,Sindanglaya, Kab. Cianjur, 43253Telepon (0263) 512416Fax: (0263) 513119
Kami terus membutuhkan donatur dan uluran kasih, apabila anda terbebani dapat segera menghubungi kami atau mengirimkan sumbangan kepada:
BCA Capem CipanasNo. 197.0.147299a.n. Rb. Sunar Surya Pranata, OFM &A.F. Sugijarto Suseno, OFM

No comments: